Hari itu, Sabtu, 6 Desember 2008, tersiar kabar di kampus. "Ada LCD hilang!", demikian ratapan para pegawai. Ya, sebuah LCD seharga 6-8 jutaan rupiah amblas diembat maling.
LCD yang hilang itu adalah perlengkapan standar pengajaran FKIP UMK yang telah dipasangkan di tiap kelas. Dengan bantuan alat tersebut diharapkan para staf pengajar akan menyajikan pola pengajaran yang menarik dan interaktif sehingga tujuan pengajaran berbasis siswa akan tercapai. Pada beberapa waktu sebelumnya, penggunaan alat tersebut masih merepotkan para staf pengajar yang akan memakainya. Mereka, staf pengajar, akan menentengnya dari kantor hingga ke kelas dan sekembalinya. LCD di pundak kiri, laptop ditenteng di pundak kanan, kabel extension di tangan kiri sedangkan mikrophone digenggam di tangan kanan bersamaan dengan buku dan atau lembaran absen mahasiswa. Sungguh sebuah pertunjukan yang mengasyikkan bagi mahasiswa. Bagi staf pengajar yang cerdas bin tega, mereka cenderung akan menyuruh mahasiswa untuk menenteng semuanya itu. Tapi sebenarnya ini bukanlah persoalan tega atau tidak. Ini persoalan sistem. Sistem yang dibangun mestinya mampu mempermudah segalanya.
Media pengajaran yang berkembang seiring perkembangan teknologi mestinya menggairahkan semangat belajar mengajar. Tapi alih-alih menciptakan nuansa canggih sekaligus memperkenalkan kepada mahasiswa media pengajaran terkini, penggunaan LCD justru menyita waktu kelas karena setiap staf pengajar memerlukan waktu sekitar 10-15 menit untuk menyetelnya di kelas. Itupun kalau lancar, seandainya ada masalah dengan alat tersebut maka akan berujung pada dua hal; 1. perlu bantuan staf admin untuk membantu, yang itu berarti memerlukan waktu sekitar 25-35 menit dan 2. penggunaan LCD dibatalkan dan kuliah berlangsung konservatif alias one way communication.
Setelah fakultas pindah ke gedung baru, muncullah harapan yang baru. Ya, terhitung semenjak menetap di gedung baru, kelas-kelas di fakultas ini telah dilengkapi dengan LCD dan sound system. Walau tidak semua namun jelaslah kemajuan telah tercipta.
Kini, satu LCD telah hilang. LCD yang di-set di dalam kelas itu diketahui telah raib tak berbekas. Semoga, fakultas / program studi tidak membuat langkah mundur dengan melepas semua LCD dari tiap kelas demi alasan keamanan. Semoga para staf pengajar tidak perlu lagi memanggul semua alat-alat tersebut. Semoga mahasiswa tidak perlu lagi menonton pertunjukkan menakjubkan tentang staf pengajar yang perkasa. Semoga. Mari kita dukung usaha fakultas untuk menciptakan keamanan di lembaga kita tercinta ini.